Aku yang terlalu berharap dan terlalu bahagia, aku salah
seharusnya aku juga memikirkan bagaimana perasaan mu ketika bersamaku. Apakah sama?
Atau justru sebaliknya.
Dari awal pertemuan kita aku tidak pernah memaksa mu untuk
bisa menjalani hubungan ini, bukankah kita sendiri yang sepakat untuk membuat
komitmen? Bukan kamu juga yang selalu meyakinkan aku, kita akan hancur jika
salah satu dari kita menyerah semua nya akan baik-baik saja jika berdua. Berdua.
Aku memang selalu keterlaluan jika melakukan apapun termasuk
bersikap seenaknya kepadamu, alasan selalu ada alasan apapun yang aku lakukan
jadi tolong sebelum menghakimi sikapku ini kamu harus tahu alasan ku itu apa,
tidak lain hanya untuk kamu dan aku juga. Aku tidak mau menjadi orang yang
egois, dan aku bukan orang egois yang seperti kamu fikirkan.
Benar saja, ketika kita perduli dengan orang yang kita
sayang terkadang kita tidak memikirkan keadaan atau perasaan diri kita sendiri,
mindset terfokus kepada dia yang sedang kita bahagiakan.
Aku takut mengecewakanmu dan selalu mengecewakanmu karena
aku tidak bisa mengendalikan cara bersikap dan fikiranku yang tidak pernah
tenang ini.
Aku sudah mecobanya, bahkan aku rela berlatih tetap tenang
menghadapi kamu dan membatasi segala perasaan yang sebenarnya terjadi, terasa
panas menjalar sampai di titik detak jantung. Aku tidak tahu harus bagaimana
cara bersikap ku kepadamu dan cara menyampaikan sesuatu demi kebaikan kamu.
Kamu tahu, aku selalu menghukum diriku sendiri jika aku membuat kesalahan padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar